Oct 25, 2015

HELLO HELLO HELLO

HELLO, PEOPLE. MISS ME?

Okay, so, it's been years since i last opened this blog but hey, I'm back! And this time, with some stories and worries to tell you about.

Well, first, I am now a high school student. YAY! Anyway, I'm really happy that I could go to this school. And friends are great, life's great. I'm going with my best friend here. And yeah, I'm fine.

THOUGH, I missed Bangtan's fanmeeting, when they had THEIR VERY FIRST GLOBAL FANMEETING in Jakarta, which is just like < 50 km. And I just decided not to go. I mean, I figured that I will just go for their trilogy or something. BUT WHO KNOWS IF THEY WILL COME TO INDONESIA AGAIN OR NOT.

And yeah, now about my worry. Apparently since I am now a high school student, I need to figure out what field am I going for college. And I am now entering a science class. So, I'm supposed to find something that actually related to science. But I CAN'T. I mean, I'm so in love with literary, and I'm so in love with Korea, so I figured that hey, maybe I'll just take Korean literary. But damn my social scores are so low, they're lower than the buried hidden fossils. So, if like you all can help me with it, I would be grateful. And i would love you down.< 3

And hey, by any chance, if you guys want to read my fanfictions you can always find me on Asianfanfics.

Here have some (not-so) recent selfie of me and my best friend. xoxo.



Jan 3, 2013

Sad Love - SNSD's Jessica and SHINee's Jonghyun

Hey ho, people! Long time no see~^^  So, I was bored lately, so I've been editing a photo. And now it's done! xD And I'm gonna show you my edit.

Here it is!
Sad Love

The main character is SNSD's Jessica and SHINee's Jonghyun. What do you think about this? I really hope you like this. ^^

Nov 29, 2012

Study Tour to Science Centre

Well, tiga hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 23 November 2012, sekolahku mengadakan study tour ke Science Centre yang berada di Jurong East. Kita tidak berangkat pada pagi hari, melainkan pada siang hari. Tepatnya pada pukul 14.00 (setelah salat Jum'at).

Sebelum berangkat, kami diberikan satu kotak makan untuk nanti di Science Centre. Kami juga diberi selembar kertas yang harus kami cari jawabannya di Science Centre. Mulai dari pertanyaan tentang Marine Alcove, Uniquely You, dan sebagainya. Barulah setelah itu kami dapat menaiki bus dan berangkat ke Science Centre.

Di bus, aku duduk bersama Mella, teman sekelasku. Di bus, kami mengambil selca (self camera) bersama menggunakan kamera Mella.

Aku dan Mella dalam perjalanan ke Science Centre

Butuh waktu sekitar 1 jam bagi kami untuk pergi ke Science Centre. Akhirnya, kami pun sampai di sana. Sesampainya di sana, kami berbaris sesuai jenjang (SD, SMP, SMA) sambil menunggu guru kami yang sedang membeli tiket. Lalu, murid-muriid SD dipersilahkan masuk terlebih dahulu. Setelah itu, barulah kami murid-murid SMP masuk. Dan terakhir, murid-murid SMA diperbolehkan masuk.

Kami langsung mencari jawaban dari soal tersebut setelah kami masuk. Well, aku sih sudah tidak begitu asing dengan Science Centre ini. Soalnya, aku sendiri sudah menjadi member di Science Centre. Bahkan hampir setiap bulan aku dan keluargaku pergi ke sana. Hanya saja, kali ini lebih menyenangkan menurutku. Karena kali ini, aku pergi bersama teman-temanku.

Pertanyaan pertama yang kami jawab adalah 'tulislah cara kerja alat yang hanya bisa menampilkan kepalamu' tidak perlu berpikir, saya sudah tahu alat mana yang harus kami lihat keterangannya. Nama alat tersebut adalah 'Head on a Platter'. Cara kerjanya adalah, di suatu tempat dekat alat tersebut, ada pintu masuk ke tempat yang berhubungan dengan alat tersebut. Kita hanya perlu menjulurkan kepala dan orang-orang yang melihat dari depan hanya akan melihat kepalamu.

Kak Icha (kelas X) mencoba Head on a Platter

Sambil mencari alat-alat yang harus kami temukan, kami juga melihat alat-alat lain yang menarik. Seperti Two Face. Alat ini menampilkan dua sisi tiruan wajah manusia. Jika kita melihat dari sisi kanan, orang itu terlihat muda. Namun ketika kita melihatnya dari sisi kiri, yang terlihat adalah wajah orang tua gondrong dan berjanggut. Tapi ketika kita lihat dari depan, sebenarnya memang setengah bagaian kepala itu adalah wajah orang muda dan setengahnya lagi adalah wajah orang tua. Namun karena di antara kedua bagaian kepala itu diberi cermin, maka ketika kita melihat dari sisi kiri/kanan, kita seperti melihat wajah yang berbeda. Padahal itu hanyalah hasil dari pantulan cermin.

Two Face

Oh, jangan lupa ada Echo Tube. Bentuk Echo Tube adalah seperti lubang besar yang jika kita berteriak pada tabung tersebut akan menghasilkan gema. Biasanya, anak-anak kecil suka dengan alat yang satu ini. Mungkin karena mereka bisa berteriak sepuas mereka kali ya? :D Tapi jangankan anak kecil, orang dewasa pun banyak yang menyukai alat ini.


Echo Tube jika dilihat dari dalam

Ada juga 'Never Ending Piano'. Jika kita menekan tuts-tuts piano ke arah yang sama tanpa henti, maka nadanya akan terus naik walaupun kita kembali menekan tuts yang sama. Karena nadanya yang tak akan sama dengan nada sebelumnya itulah yang menyebabkan alat ini disebut 'Never Ending Piano'.

Clara dan Mella mencoba alat 'Never Ending Piano'

Ada juga 'Mirror Balls'. Jika kita menunjuk atau bahkan hanya melihat pada satu bola cermin, bola-bola cermin lainnya akan terlihat seperti menunjuk atau melihat cermin yang sedang kita tunjuk atau lihat. Anak-anak kelas 1 SMA (kelas X) sepertinya sangat menyukai cermin ini. Karena mereka berlama-lama melihat cermin ini dan berfoto-foto di sana. Hehe..

Mirror Balls
Ini yang seru. 'Magic Mirror'. Ketika kamu menekan salah satu tombol pada alat tersebut dan kamu duduk tepat di depan cermin tersebut, maka kamu dapat berubah menjadi bajak laut, putri, cowboy, ataupun hantu. Cermin yang satu ini juga menarik perhatian anak-anak SIS. Mereka silih-berganti mencoba alat ini. Terutama anak-anak kelas 3 SD. Mereka tak henti-hentinya mencoba alat ini.

Rafi (3SD) mencoba Magic Mirror sebagai cowboy

Rafi (3SD) mencoba Magic Mirror sebagai bajak laut

Rafi (3SD) mencoba Magic Mirror sebagai hantu

Rafi (3SD) mencoba Magic Mirror sebagai putri
Setelah itu, kami pergi ke bagian Sound Exhibition. Di sana, yang paling menarik bagiku adalah Metal Grass. Rerumputan pada alat itu akan 'menari' sesuai dengan irama lagu yang diputar. Tak terasa, aku memperhatikan Metal Grass itu sekitar kurang lebih 15 menit.

Metal Grass yang menari sesuai irama

Lalu, di Marine Alcove, kami menemukan berbagai jenis ikan. Yang paling terkenal di antar sekian banyak ikan adalah Stonefish dan Moray eel. Stonefish adalah ikan yang bentuknya seperti batu. Ia dapat berkamuflase dengan batu-batu yang ada di sekitarnya. Jika dilihat dari jauh, mungkin tidak akan terlihat seperti ikan. Namun ketika diperhatikan dari dekat, batu yang sebenarnya ikan itu bergerak. 

Batu atau ikan? :D
Moray eel terkenal dengan warna tubuh dan bentuknya. Warna tubuhnya putih dengan polkadot-polkadot hitam di atasnya. Dengan tubuh panjang dan bentuk mulut seperti capit. Memang menyeramkan. Tapi sebenarnya belut itu unik. Siapa sangka belut yang terlihat menyeramkan itu sebenarnya pengelihatannya kurang bagus.

Moray eel yang unik

Setelah itu, kami pergi ke bagian solar system. Di sana, kami harus mencari keterangan planet-planet. Namun karena terlalu banyak anak yang berkumpul, maka aku dan teman-teman sekelasku hanya memoto keterangannya dan menyelinnya belakangan.

Jupiter. Slah satu planet dalam tata surya

Seusai pergi ke bagian tata surya, kami pergi untuk menonton Balloon Science Show. Di sana, para petugas memperagakan bagaimana caranya mengangkat gelas atau ember menggunakan balon. Mereka juga memperagakan bagaimana cara agar balon tidak pecah walaupun ditusuk dengan jarum. Namun, kami tidak menonton acara tersebut hingga selesai. Karena kami masih harus mencari jawaban dari lembar kerja yang diberikan.

Ballon Science Show
Setelah lelah mencari-cari jawaban, Ms. Meili, salah satu guru kami menyuruh kami untuk makan terlebih dahulu. Akhirnya kami makan dulu di kafe dalam Science Centre tersebut. Setelah makan, kami bergegas dan Melihat pertunjukkan Tesla Coil.

Pertunjukkan ini menampilkan bagaimana tegangan elektronik dapat meledakkan balon, membuat lampu menyala. Walau hanya 10 menit, tetapi pertunjukkan itu mengagumkan.

Pertunjukkan Tesla Coil

Karena sudah waktunya pulang, kami pun segera keluar dari Science Centre. Walaupun sebenarnya kami belum menemukan jawaban terakhir. Dan ternyata, Juan, Jodie, Yafi, Rifqi, Fany, dan Fahrezzy sudah berada di luar sejak waktu makan siang. Sambil menunggu bus dan yang lain keluar, akhirnya aku, Mella, dan Clara duduk-duduk di McDonald. Aku membeli McFlurry sambil menunggu. Karena bosan, kami mengambil continuous photos. Subjeknya aku dan Clara. Sedang objeknya adalah ice cream ku.








Hasil dari continuous photos


Tak lama, bus yang akan mengantar kami pulang pun datang. Sambil menunggu giliran naik, kami berfoto-foto dulu dengan guru kami, Bu Yuni dan Pak Sudi. Narsis sedikit, boleh kan? :D

Foto bersama Bu Yuni dan Pak Sudi

Akhirnya, tibalah saatnya bagi kami untuk pulang. Hanya saja, tidak semua teman sekelasku pulang bersama bus yang mengantar kami ke sekolah. Mella dan Jodie pulang naik bus yang mengantar mereka ke KBRI. Dan yang lain pulang bersama bus yang mengantar kami ke sekolah.

Di bus, aku mengambil selca bersama Clara karena kami bosan. Setelah berkali-kali mengambil foto karena goyang, akhirnya kami mendapatkan foto yang bagus.

Aku dan Clara dalam perjalanan pulang

Aku mendengarkan musik sedangkan Clara meminjam kameraku. Ia memoto titik-titik hujan yang ada di jendela karena pada saat itu hujan turun. Hasilnya pun bagus sekali. Ia juga meminta Juan sebagai modelnya (walaupun sebenarnya mukanya tidak terlihat).

Hasil potretan Clara

Dan akhirnya, sampailah kami di sekolah. Sesampainya di sekolah, aku dan adikku langsung pulang ke rumah. Hari itu adalah hari yang menyenangkan dan semoga tak akan terlupa.




Aug 9, 2012

Diagram Tentang Jumlah Murid yang Mengikuti Ekskul

Diagram dibuat oleh saya sendiri

Diagram di atas menjelaskan tentang Daftar Jumlah Murid Sekolah Indonesia Singapura yang Mengikuti Kegiatan Ekskul. Futsal adalah kegiatan ekskul yang paling banyak diikuti oleh murid Sekolah Indonesia SIngapura. 21 murid mengikuti ekskul futsal ini. Prosentase dari jumlah murid yang mengikuti ekskul futsal adalah 28%. Sedangkan ekskul basket, band, dan BTQ adalah ekskul yang paling sedikit diikuti murid Sekolah Indonesia Singapura. Jumlah murid yang mengikuti 3 ekskul tersebut ada 3 orang untuk masing-masing ekskul. Prosentase murid dari masing-masing ekskul adalah 4%. Tari adalah ekskul kedua setelah Futsal yang diminati oleh murid Sekolah Indonesia Singapura. Jumlah murid yang mengikuti ekskul tari ada 20 murid. Prosentase murid yang mengikuti ekskul tari adalah 26%. Teater adalah ekskul yang diminati murid Sekolah Indonesia Singapura setelah ekskul Tari. Jumlah murid yang mengikuti ekskul teater ada 15  murid. Prosentase murid yang mengikuti ekskul teater adalah 19%. Badminton adalah ekskul yang diminati murid setelah ekskul teater. Jumlah murid yang mengikuti ekskul badminton ada 8 murid. Prosentase murid yang mengikuti ekskul badminton adalah 10%. Sedangkan ekskul vokal adalah ekskul yang diminati murid Sekolah Indonesia Singapura sebelum ekskul basket, band, dan BTQ. Jumlah murid yang mengikuti ekskul vokal ada 4 orang. Prosentase murid yang mengikuti ekskul vokal adalah 5%.



Itulah keterangan yang saya buat atas diagram di atas. :)

Jul 31, 2012

Pantun Kreasiku

Itu dia si mata sipit
Tinggalnya di Ujung Harapan
Tuntutlah ilmu setinggi langit
Untuk bekal di masa depan

Teman saya ada delapan
Semuanya anak serakah
Suci hati, suci pikiran
Ramadhan berkah, pahala berlimpah

Kalau duduk saya di depan
Kalau menulis saya menyalin
Karena itu saya ucapkan
Mohon maaf lahir dan batin

Saya jalan di lorong-lorong
Walau gelap tak jadi mengapa
Waktu kecil suka berbohong
Besar kelak menjadi apa

Janganlah berputus asa
Untuk temukan sesuatu
Jalan melaata, hewan berbisa
Cobalah terka apakah itu

Janganlah menjadi serakah
Nanti orang banyak yang geram
Buang sampah di tempat sampah
Lingkungan nyaman, hati pun tentram

Jadi orang janganlah lemah
Jika sakit, yang tolong siapa
Teman baru boleh ditambah
Teman lama jangan dilupa

Orang itu badannya besar
Apalah daya kecil nyalinya
Tempat manna untuk belajar
SIS oke itu tempatnya

Buat bangunan dengan semen
Agar bagus nanti hasilnya
Kelas mana paling terkeren
Satu SMP itu kelasnya

Kalau maju harus percaya
Jangan nanti menjadi risih
Demikian pantun dari saya
Sekian dan terima kasih



Pantun-pantun di atas asli saya yang buat ya.. Gak ada campur tangan dari internet. Jadi mohon dihargai. Sekian dan terima kasih. *apa coba nyambungnya? -_-*

Jul 26, 2012

Tugas Memahami Teks Pengumuman

Sumber : Pengumuman Seleksi Penerimaan Calon Pegawai



Pengumuman tersebut :


Disampaikan oleh : Bank Indonesia


Ditujukan untuk : Putra-putri Indonesia


Informasi dalam pengumuman : Bank Indonesia akan menyelenggarakan seleksi penerimaan calon pegawai yang menerima pegawai dengan jabatan setingkat PTU (Pegawai Tata Usaha) dengan proses e-recruitment (metode yang dilakukan untuk menjaring kandidat melalui internet).
Jabatan yang tersedia adalah :
- PTU Umum
- PTU Teknik
- PTU Asisten Programmer
- PTU Analis/Pelaksana Logistik Pertama
- Pengawas Bank Pertama 

Jul 23, 2012

Apresiasi & Kreasi Antar Sekolah Indonesia Luar Negeri

Ini pengalaman saya waktu mengikuti Kegiatan Apresiasi dan Kreasi antar Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang diadakan di Bali pada tanggal 21 Mei - 25 Mei 2012. Saya sarankan untuk cari posisi wuenak dan ambil cemilan sebagai selingan saat membaca cerita saya yang lumayan panjang. Eh, sekarang sedang bulan puasa ya... Kalau begitu anggaplah ini bacaan yang pas untuk menunggu beduk. Siapa tahu pas selesai baca langsung terdengar suara azan maghrib? Hehehe.

Pada malam sebelum keberangkatan ke Bali saya baru siap-siap. Kebiasaan Sistem Kebut Semalam alias SKS gitu... Semua perlengkapan mulai dari baju sampai sikat gigi nggak ada yang ketinggalan. Tapi, saya tidak bisa menjamin bahwa koper saya itu isinya rapi. Ngaku aja deh, saya bukan orang yang rapi-rapi amat. Akhirnya, setelah berjibaku selama 1-2 jam, selesai juga ngepak. Pfh.

Keesokan harinya, anak-anak yang mewakili Sekolah Indonesia Singapura (SIS) pada ajang SILN langsung berkumpul di Changi Airport. Waktu saya tiba sebelum pukul 6 pagi sudah ada beberapa kakak kelas di sana. Woho! Saya rasa Kak Dhika, Kak Icha, dan Kak Trisha berangkat bersamaan dengan bunyi ayam jantan berkokok. Untung saya nggak perlu menunggu terlalu lama untuk kedatangan yang lainnya. Beberapa saat kemudian, Kak Deids sampai di bandara. Lalu, Kak Dwista dengan koper hijaunya yang super besar. Setelah itu, Kak Naftha yang membawa gitar. Selanjutnya, Kak Jason dan Juan pun datang menyusul. Hanya Indira yang sempat membuat saya sedikit deg-degan karena tiba di menit-menit terakhir, ketika kami hampir selesai check-in.

Oh ya, sebelum itu, saya belum bercerita apa-apa tentang siapa mereka. Indira itu teman sekelas saya yang mengikuti lomba pidato. Lalu Juan, teman sekelas saya juga, yang mengikuti lomba menyanyi bersama Kak Naftha. Kak Dwista mengikuti lomba story telling. Kak Icha, Kak Deids, dan Kak Trisha mengikuti lomba tari. Sedangkan Kak Dhika dan Kak Jason adalah pemain musik tradisional yang dipersiapkan mengiringi para penari. Saya sendiri akan mengikuti lomba Matematika.

Setelah check-in, kami mengikuti upacara pelepasan rombongan peserta kegiatan SILN yang diberangkatkan dari Singapura. Lalu, tak lupa untuk foto bersama. 



Usai berfoto, kami langsung menuju imigrasi. Karena saya memiliki Dependent Pass (DP) Singapura, saya bisa melewati bagian ini dengan mudah melalui Enhanced Immigration Automated Clearance System. Tinggal scan paspor dan jempol kanan, terus selesai deh. Cepat banget! Berbeda dengan pengguna paspor diplomatik yang harus memakai cara manual.

Dari imigrasi, kami berjalan menuju gate. Sesampainya di sana, pesawat ternyata belum dapat dinaiki. Jadi, kami menunggu sebentar sambil mendengarkan pengarahan kepala sekolah kami, Pak Yaya, yang memberitahukan siapa akan menjadi pembimbing kami pada saat di Bali. Juan dan Kak Naftha akan didampingi oleh Pak Okto. Yang mengikuti lomba tari di bawah asuhan Pak Atri. Sementara Kak Dwista, Indira dan saya akan dibimbing oleh Pak Budi. Hari pertama adalah acara pembukaan Apresiasi dan Kreasi SILN, sedangkan hari kedua adalah hari dimana saya akan berlomba pada pukul 8 pagi. Yang artinya, tak ada waktu persiapan lagi bagi saya. Bismillah, semoga dilancarkan dan dimudahkan segalanya. Amiin.

Tak lama berselang, kami sudah dapat menaiki pesawat. Saya duduk di bangku 17C bersama orang asing. Maksudnya, selain saya tidak kenal... orang tersebut sepertinya juga bukan berkebangsaan Indonesia. Hehehe. Untungnya, orang asing di sebelah Kak Dhika maju ke tempat duduk di depannya yang tidak ada penumpang. Makanya, Kak Dhika menawarkan saya untuk duduk di barisannya. Yah, daripada saya harus duduk dan diam sendiri, lebih baik saya pindah saja.  

Resikonya tuh cuma satu jika saya duduk bareng Kak Dhika. Digangguin. Mulai dari jendela lah, apalah... yang sebenarnya nggak ada dekat tempat duduk saya. Lucu juga waktu melihat Kak Dhika akhirnya mengantuk duluan, bahkan sebelum take off. Tapi, itu mungkin karena dia kecapaian sampai di bandara sejak pagi buta, sampaikan dia nggak sempat makan pagi.

Di pesawat, saya hanya mendengarkan lagu saja. Sampai pada akhirnya, makan pun dibagikan.. Yaay! Tapi   sama seperti sebelumnya, saya kembali diledek Kak Dhika. Yang ngikutin lah, makannya kok nggak abis lah, nggak tau lagi saya. Menunya itu ikan. Saat pesan saya kira ikan apa gitu, tidak tahunya ikan kari. Saya tidak begitu suka kari. Tapi ternyata kata teman saya, menu lain yang dia pilih malah lebih parah. 'Anyep', katanya.
.
Nah, setelah makan, seperti biasa. Pasti kita terkena penyakit. Pastinya, penyakit ngantuk. Awalnya masih bisa ditahan, lama-lama, saya udah mulai merem-melek. Pas saya lihat Kak Dhika, dia malah sudah tertidur pulas. Nggak lama, mata saya udah berat banget. Finally, saya ketiduran juga. Tapi, tidur saya tidak terlalu lama. Tidak lama berselang, saya bangun. Dan, setelah itu saya tidak tidur sama sekali walaupun mata masih tetap merem-melek.

Akhirnya saya sampai juga di bandara Ngurah Rai. Turun dari pesawat, kami langsung menuju imigrasi. Saya tidak akan bercerita panjang-panjang pada bagian ini. Singkatnya, saya melalui imigrasi dan mengambil bagasi.

Setelah itu, kami pergi ke tempat di mana penjemput kami telah menunggu. Tak lupa tentunya moment seperti ini kami foto juga.

Di Bandar Ngurah Rai sambil menunggu busnya siap.

Kami pergi menuju hotel menggunakan mini bus. Di dalam bus, saya dan Indira mengobrol sepanjang jalan. Berbicara tentang pemandangan sekitar, kacamata, sekolah, semuanya. Pokoknya keadaan dalam bus sungguh heboh. Dan sampailah kami di hotel Inna Grand Bali Beach.

Sesampainya di sana, kami disuruh menunggu di lobby. Yah, sekolah kita itu paling ribut. Jika tertawa, keras sekali. Duduk berebut, dempet-dempetan. Ribut sekali!

Ternyata kamar kami belum siap untuk ditempati, sehingga kami akhirnya pergi untuk makan siang dulu. Well, kami tidak makan siang kecuali beberapa orang. Beberapa ada yang hanya mengambil sup atau pudding sambil melihat pemandangan di luar jendela.

Saat makan siang pertama di hotel.

Setelah makan siang, kepala sekolah akan membagi kamar anak-anak. Maka, sebelum masuk ke kamar masing-masing, kami berkumpul di kamar kepala sekolah terlebih dahulu. Setelah diputuskan, akhirnya ditentukan bahwa saya akan tidur bertiga dengan Kak Naftha dan Indira. Sedangkan Kak Trisha, Kak Icha, dan Kak Deids akan tidur bersama. Kak Dwista, Kak Dhika, dan Kak Jason akan tidur sekamar. Juan akan tidur bersama Pak Okto. Sedangkan kepala sekolah akan tidur bersama Pak Atri dan Pak Budi.

Selesai membagikan kunci, kami disuruh beristirahat di kamar masing-masing dan kembali berkumpul pada pukul 17.00. Di kamar, kami tidak langsung beristirahat namun menonton TV terlebih dahulu. Setelah film selesai, Kak Naftha tidur sedangkan aku dan Indira masih ngemil. Namun tak lama, saya dan Indira juga tertidur.

Saat kami bangun, kami segera mandi bergiliran. Dan ketika selesai, kami hanya tinggal menunggu panggilan. Tak lama, pintu kamar kami diketuk. Kak Naftha segera membukakan pintunya. Ternyata yang datang adalah Kak Dhika dan Kak Dwista untuk memberitahukan bahwa sebentar lagi waktunya berkumpul.

Akhirnya kami pergi untuk menemui anak tari terlebih dahulu. Dan tentu saja waktu tersebut kami pakai untuk berfoto.

Sambil menunggu anak lain selesai bersiap-siap.

Ini adalah foto Kak Icha yang saya ambil. Kak Icha sangat menyukai foto ini.


Setelah menunggu beberapa saat, kami akhirnya pergi menuju ke tempat pembukaan. Di sana, kami dipersilahkan untuk makan terlebih dahulu. Lalu kami berfoto juga. Namun tak lama setelah itu, acara pembukaan dimulai.Pertama-tama, acara dimulai dengan tarian Bali. Lalu, pidato dan dilanjutkan dengan pembacaan doa.

Sambil menunggu pembukaan dimulai



Dan setelah itu, inilah yang kami tunggu-tunggu. Yel-yel dari masing-masing sekolah. Yel-yel dari Sekolah Indonesia Luar Negeri yang lain sangat beragam. Namun, ada yang tidak hapal sepenuhnya. Well, cepat atau lambat, giliran kami akan tiba. Akhirnya, giliran kami pun tiba. So, biar saya beritahu bagaimana yel-yel kami.

"S I S (dibaca es-ai-es).. Yo yo yo yo SIS ok! Tak tak tak.. Dung dung dung.. Tak tak tak.. Dung dung dung.. Tak tak tak dung tak dung tak.. Eeeaa.. Kami datang untuk menang. Kami datang cari teman. Kami... Harus menang. Kami pasti BISA!"

Setelah itu, ada penampilan dari band Seven Newton. And then, you know.. Boys. Mereka ngeliatin vokalis dan gitarisnya yang cantik. Apalagi Kak Dhika. Dia yang membawa DSLR langsung beraksi. Saya bilang, "Itu pasti yang difoto cuma yang cewek doang." Padahal sih maksud saya cuma bercanda. Eh, terus dia bilang, "Kok tau sih?" Well, as I said before, Boys.



Seusai acara, kami langsung disuruh pergi ke kamar masing-masing dan tidur. Yah, kami harus segera tidur. Karena besok kami akan melakukan senam pagi. Makanya, saya memasang alarm di HP saya agar besok tidak telat. Setelah itu, kami pun tidur.

Keesokan harinya, saya tidak mendengar alarm ketika alarm tersebut. Saya terbangun ketika Pak Okto menelpon kamar saya. "Nak, ayo bangun! Siap-siap untuk senam." Waduh.. Kita terlambat! Tapi pada akhirnya, kami tidak ikut senam pada hari itu karena semuanya telat.

Lalu, kami pun berangkat untuk makan pagi. Namun, karena saya memesan omelet terlebih dahulu, dasar nasib saya, saya jadi harus cepat-cepat. Lima menit lagi, lomba akan segera dimulai. Saya langsung buru-buru mengunyah dan menelan.

Untungnya, saya belum terlambat. Bahkan saya termasuk duluan. Namun tak lama, lomba pun dimulai. Pertama-tama, saya diberikan soal isian. Awalnya, soalnya sangat mudah, lanjut lagi sudah mulai susah, lama-kelamaan, saya pusing sendiri. Sudah seperti itu, orang masih saja jeprat-jepret sana-sini menggunakan kamera mereka. Aaah! Kenapa sih mereka diperbolehkan masuk?! Saya kan jadi pusing.

Ketika saya sedang mengerjakan soal, di sebelah ruangan adalah ruangan tempat lomba berpidato. Dan saya mendengar suara Indira dari ruangan saya. "Nama saya Indira. Saya berasal dari Sekolah Indonesia Singapura." begitu katanya.

Setelah waktu habis untuk mengerjakan soal isian, peserta diperbolehkan untuk beristirahat selama 15 menit. Di luar ruangan, saya mencari Indira. Tapi, dia tidak ada. Saya tidak tahu apakah dia sudah keluar atau belum. Jadi, saya menghabiskan waktu 15 menit itu sendirian sampai waktu istirahat yang diberikan habis dan peserta harus masuk ke dalam.

Setelah istirahat, kami diberikan soal uraian. Tadinya, saya berpikir bahwa soal uraian itu lebih mudah. Tapi ternyata, soal uraian malah semakin susah. Soal nomor 1 saja saya menghabiskan waktu beberapa menit. Dan sama seperti sebelumnya, orang-orang jeprat-jepret sana-sini lagi sehingga membuat saya kurang konsentrasi. Dan akhirnya, waktu pun habis. Kami diperbolehkan membawa soalnya.

Saya segera keluar ruangan. Dan saya temukan Indira dan mama saya berdiri di luar. Setelah itu, kami naik ke lantai sepuluh untuk menonton Juan yang mengikuti lomba menyanyi. Saat kulihat peserta yang melawan sekolah kami bernyanyi, harusnya ini menjadi lomba yang mudah untuk Juan. Karena suara mereka masih kurang.

Orang lain yang menonton lomba semuanya dag-dig-dug. Tapi, Juan sendiri malah sibuk bermain. Yah, ada sisi baik dan buruknya sih. Baguslah kalau dia menikmati lombanya. Tapi jangan terlalu cuek juga dengan lombanya.


Nah, saatnya giliran Juan tampil. Juan memang tidak mempunyai vibrasi pada suaranya yang bagus dan polos tersebut. Namun ia mempunyai satu kelebihan yang sangat penting bagi seorang penyanyi. Yaitu keberanian. Ia mempunyai keberanian dan mental yang kuat. Tak terlihat sama sekali bahwa ia gemetar atau apa. Suaranya pun bagus tanpa ada nada yang meleset.


Setelah itu, kami beristirahat di kamar sambil menunggu makan malam. Kami tidur selama 1 jam. Lumayan juga, setelah itu kami agak lebih segar. Setelah bangun, kami mandi secara bergiliran dan menonton sambil menunggu dipanggil untuk pergi makan malam.

Setelah dipanggil, kami menuju tempat makan malam bersama-sama. Setelah makan malam, kami pergi ke lantai tujuh untuk menemani Kak Dwista dan Indira berlatih. Indira agak lupa sedikit pidatonya pada saat itu. Sedang Kak Dwista mencoba agar ia tidak melewati waktu lima menit pada saat bercerita. Tapi selebihnya, latihan berjalan dengan baik. Bahkan Aiko, adiknya Kak Icha, tertawa-tawa saat Kak Dwista bercerita.

Seusai latihan, kami harus kembali ke kamar dan tidur. Karena Indira besok harus bangun pagi-pagi untuk berdandan. Di kamar, setelah ganti baju, kami mendapat telepon. Setelah diangkat, teleponnya tiba-tiba ditutup. Sekali lagi telepon berdering. Pas saya angkat hanya hening. Saya sih merasa bahwa itu adalah Kak Dhika. Ketika untuk yang ketiga kalinya telepon berdering, Kak Naftha yang mengangkat dan langsung menutup teleponnya. 

Malam ini, kak Naftha tidak tidur di kamar kami. Itu karena orang tuanya sudah sampai di Bali. Makanya Kak Naftha bilang bahwa agar kami tidak kesempitan dan salah satu dapat pindah ke kasurnya. Akhirnya, aku dan Indira pun tidur berdua malam itu.

Keesokan paginya, saya bangun pagi-pagi. Kali ini, saya mendengarnya ketika alarm berbunyi. Saya segera mandi dan memakai baju olahraga. Setelah itu, saya bangunkan Indira untuk mandi. Saat Indira mandi, saya menelpon Kak Icha untuk menanyakan apakah mereka senam atau tidak. Saat saya telepon, ternyata mereka baru bangun. Saya bilang pada mereka bahwa saya akan berangkat senam bersama mereka jika mereka ikut senam. Dan mereka ikut senam.

Akhirnya saya pergi ke kamar Kak Icha agar dapat berangkat bersama. Setelah mereka siap, kami pergi ke kamar kepala sekolah. Pak Budi yang membukakan pintu bilang bahwa mereka akan menyusul. Akhirnya kami bersama-sama pergi ke kamar Juan terlebih dahulu untuk berangkat bersamanya.  Sesampainya di kamar Juan, ternyata dia belum mandi. Akhirnya kita menunggu dia mandi dulu.

Setelah Juan mandi, kami langsung menuju tempat senam. Ternyata senamnya sudah dimulai. Bahkan Pak Budi dan Pak Atri yang tadi akan menyusul sudah ada di sana. Senam berjalan dengan lancar. Gerakannya pun seru. Seusai senam, kami diabsen. Lalu kembali ke kamar masing-masing.

Well, saat saya kembali ke kamar, saya buru-buru sekali. Indira sudah berangkat ke tempat makan. Akhirnya saya sendirian pergi ke tempat makan. Di sana sudah ada Indira, Kak Dwista, Kak Dhika, dan Kak Jason. Akhirnya kami makan berlima saja.

Setelah makan, kami langsung pergi ke tempat lomba. Kami berbagi-bagi tugas. Tadinya saya yang harus naik ke lantai 10 untuk mengambil foto Kak Naftha yang juga berlomba pada hari itu. Namun, mamanya Indira menitipkan kamera pada saya untuk mereka Indira. Dan Kak Jason dititipkan handycam oleh Tante Dina. Akhirnya, kamera saya dititipkan kepada Kak Dwista yang akan pergi menonton Kak Naftha.

Pada saat lomba pidato dimulai, kami melihat beragam pidato. Ada yang biasa-biasa saja. Ada yang mirip sekali dengan ustad. Kalau sudah seperti itu, Kak Dhika langsung berkata, "Itu khotbah apa ya?" Lalu, tibalah saatnya Indira tampil. Hebat loh! Walaupun beberapa penekanan ada yang kurang, tapi tetap saja hebat. Ia dapat menghapal kata yang sedemikian banyak. Akhirnya pidato Indira pun berjalan dengan lancar.



Seusai melihat penampilan Indira, saya pergi untuk melihat penampilan Kak Naftha. Untungnya, Kak Naftha belum tampil. Nah, berbeda dengan Juan, Kak Naftha mempunyai lawan yang hebat-hebat. Peserta dari Kuala Lumpur suaranya bagus sekali walau dapat diketahui bahwa ia sedang sakit dari suaranya yang agak mindeng.

Tak lama setelahnya, giliran Kak Naftha pun tiba. Kak Naftha langsung naik ke atas panggung. Well, kalau boleh jujur, banyak nada yang meleset. Kadang ada juga yang off-pitch. Yah, kalau sudah begitu tinggal serahkan pada Yang Diatas. Lagipula, Kak Naftha sudah berusaha semampunya.


Setelah melihat penampilan Kak Naftha, kami turun ke lantai tujuh dimana Tante Dina menginap. Di sana , kami akan melihat persiapan anak tari yang akan berlomba pada hari iru juga. Yah, sebenarnya, semua yang tidak berlomba kemarin berarti berlomba hari ini.

Oh ya, perlu saya beritahukan bahwa tarian kami tidak jadi menggunakan musik pengiring. Itu karena kami tidak diperbolehkan memakai musik live. Akhirnya, kemarin, para pemain musik melakukan rekaman. Yah, kami kecewa berat sih. Tapi apa boleh buat, peraturan ya tetap peraturan.

Pertama-tama, kami melihat anak tari latihan. Mereka berlatih dengan serius sekali. Kak Deids sangat keren menurut saya. Karena ia bisa melakukan split. Yah, anak ballet memang berbeda. Nah, kalau Kak Trisha beda lagi. Kak Trisha menari dengan lemah gemulainya.


Setelah itu, anak-anak tari mulai didandani. Well, karena saya tidak bisa mendandani, saya hanya bisa duduk saja. Karena saya bosan, saya diam-diam memotret Kak Dhika yang sedang menonton TV dari belakang. Namun setelah itu, Kak Dhika berkata, "Foto lagi dong, foto! Yang tadi mah kan jelek!" Saya ketahuan. Akhirnya, saya memotret ulang.

Ini hasilnya :
Kali ini, Kak Dhika bergaya saat saya foto.

Akhirnya, selesai juga anak tari berdandan dan berganti pakaian. Langsung, saya beraksi. Saya langsung memotret anak tari.




Setelah semuanya siap, kami langsung naik ke lantai 10. Di sana, anak tari akan tampil. Sebelum mereka tampil, anak-anak tari sangat nervous. Mereka sampai keringat dingin. Well, setiap orang pasti nervous sebelum tampil. Justru jika kita tidak nervous, ada sesuatu yang salah.

Karena kita tidak boleh menggunakan musik pengiring, sebelum annak tari tampil, kami berharap-harap sendiri. "Semoga nanti laptopnya rusak." kata saya. "Iya. Lalu nanti terpaksa menyiapkan musik sendiri dalam waktu lima belas menit gitu. Kan mereka belum menyiapkan musik pengiring." lanjut Kak Dhika. Yah, namun pada akhirnya kami hanya bisa berharap.

Akhirnya, saat mereka tampil pun tiba. Mereka menari dengan semangat walau saya dapat melihat bahwa mereka sangat nervous. Mereka jarang berkontak mata dengan penonton. Tapi, mereka tetap menari dengan baik. Dan akhirnya, penampilan mereka pun berakhir.


Seusai melihat penapilan tari, saya langsung turun ke lantai 2 untuk melihat penampilan Kak Dwista. Saat sampai di sana, Kak Dwista belum tampil. Berbeda dengan anak tari yang nervous, Kak Dwista malah mengobrol dengan peserta lain.

Akhirnya, giliran Kak Dwista pun tiba. Ada beberapa kata yang 'keseleo lidah'. Sepertinya Kak Dwista nervous pada saat itu. Namun pada akhirnya, cerita Kak Dwista selesai dalam batas waktu yang ditentukan. Pertanyaan dari para juri pun dijawab dengan lancar. Akhirnya, selesailah giliran Kak Dwista.



Malamnya, seperti biasa kami makan malam. Setelah itu, kami pergi ke kamar. Diazo, adiknya Kak Naftha, dan Juan bermain ke kamar kami. Dan seperti biasa, kami mendapat langganan. Telepon berdering. Pastinya itu Kak Dhika. "Selamat anda telah memenangkan hadiah.." namun sebelum Kak Dhika menyelesaikan kalimatnya, Indira yang mengangkat telepon langsung angkat bicara. "Mak, kita menang, mak!" teriaknya sambil pura-pura histeris. Aku dan Kak Naftha tertawa mendengarnya.

Lalu, ada telepon lagi, kali ini, Kak Naftha yang mengangkatnya. Reaksi Kak Naftha juga sama. "Kita menang! Kita menang!" katanya sambil pura-pura histeris. Lalu, telepon berdering lagi. Kali ini, Kak Dhika memakai bahasa yang tak jelas. Akhirnya, Indira yang bisa menirukan gaya bahasa India meniru bahasa India. Kak Dhika yang menelpon jadi bingung sendiri.

Malam ini, Kak Naftha juga tidak menginap di kamar kami. Jadi, saya dan Indira kembali tidur berdua malam ini.

Keesokan harinya, seperti biasa saya bangun duluan. Lalu saya segera mandi. Setelah saya selesai mandi, saya membangunkan Indira agar Indira segera mandi. Saat Indira sedang mandi, Kak Naftha datang. Lalu, kami menelpon Kak Icha. Mereka ternyata sudah bangun. Akhirnya, setelah Indira selesai mandi, kami semua berangkat ke tempat senam.

Saya mengunci pintu dan menyusul yang lain. Saya memberi arahan pada anak-anak yang belum senam waktu itu. Namun karena senam belum dimulai pada saat kami sampai, akhirnya kami bermain di pantai terlebih dahulu.

Kami akhirnya selesai bermain ketika senam akan dimulai. Ketika itu, saya sedang meraba-raba kantong saya untuk meyakinkan bahwa HP dan kunci masih ada di kantong. Well, HP, check. Kunci... Kunci.. Kunci mana kunci.. Wew!! Kuncinya dimana? Aaah.. Kuncinya nggak ada!!!

Saya mau memberi tahu Indira dan Kak Naftha, tapi senam sudah mau dimulai. Akhirnya saya urungkan niat saya itu sampai senam selesai. Sepanjang senam saya udah nggak tenang. Mikirin nanti didenda lah, nggak bisa masuk kamar lah. Panas dingin saya.

Akhirnya senam selesai. Saya bilang ke Indira dan Kak Naftha kalau kuncinya hilang. Akhirnya saya dan yang lain mencarinya di pantai tempat kami bermain tadi. Hasilnya? NIHIL..! Akhirnya kami pergi ke receptionist untuk mengurusi kunci itu. Singkatnya, saya didenda Rp 100.000,- T___T.

Akhirnya, saya, Kak Naftha, dan Indira masuk kamar menggunakan kunci sang pembersih kamar. Kami harus buru-buru sekali karena kami akan pergi keliling Bali. Akhirnya kami berganti pakaian dan pergi ke tempat makan.

Seusai makan, kepala sekolah menyuruh kami untuk pergi ke lobby. Di sana, kami berkenalan dengan beberapa peserta. Well, setidaknya kami kenal beberapa orang. Daripada tidak kenal sama sekali.

Akhirnya, kami dapaat masuk ke bus. Tidak hanya sekolah kami yang naik bus ini. Ada juga Sekolah Indonesia Cairo dan Sekolah Indonesia Kota Kinabalu. Saya, of course duduk bersama Indira.

Pertama-tama, kami pergi ke Erlangga, Pusat Oleh-Oleh Khas Bali. Di sana, saya tidak membeli banyak barang. Bahkan hanya sedikit. Setelah itu, kami pergi ke Joger. Pabrik Kata-Kata.

Di sana, saya rencananya ingin membeli 2 baju. Hanya dua. Tapi tidak keburu. Gara-gara antreannya puanjaaaaang dan lamaaaaaaaaaa banget. Akhirnya, keburu habis waktunya. Hanya Kak Dwista yang berhasil. Itu pun karena dititipi banyak barang oleh guru. Yah, dasar nasib saya. Pada akhirnya, saya nitip ke mama saya.

Setelah itu, kami tadinya ingin pergi ke  Tanah Lot. Namun karena sekarang sudah sore, dan kami harus sampai di hotel pada pukul 4 untuk penutupan, akhirnya kami pergi ke sebuah pura (saya tidak tahu nama puranya). Di sana, kami hanya melakukan satu hal, FOTO. Itu pasti.

Kami di depan gerbang pura. Spanduk harus selalu dibawa.

Kak Dwista dan Kak Ahmad selalu dibilang ayah dan anak.
Gaya Cherrybelle.
               

Narsis selalu.


Yah, anak berkacamata itu adalah salah satu peserta yang berasal dari Sekolah Indonesia Cairo. Anak-anak SIS bilang ia adalah Nadhif versi pendeknya. Haha.. Yah, memang bisa dibilang seperti itu sih. Sama-sama berkacamata. Raut mukanya pun mirip sekali dengan Nadhif. Hanya saja, model rambut mereka berbeda. Mereka juga sama-sama suka melakukan hal-hal aneh.

Seusai berfoto-foto di pura, akhirnya kami kembali ke hotel. Di hotel, saya dan Indira harus kembali meminta kunci kamar orangtua kami pada receptionist karena orangtua kami belum kembali. Yah, itu sih memang salah saya karena menghilangkan kuncinya.

Setelah mendapatkan kuncinya, kami beristirahat di kamar. Indira bahkan sampai tertidur. Saya tidak boleh tidur. Masalahnya, jika saya tertidur, nanti saya tidak bisa mendengar jika ada orang yang menelpon atau mengetuk pintu. Akhirnya saya menonton TV saja.

Akhirnya, setelah beberapa lama, saya mandi. Lalu, saya bangunkan Indira agar dia mandi. Saat Indira sedang mandi, Kak Naftha datang. Kak Naftha pun mandi seusai Indira mandi. Yah, selama mereka mandi, saya hanya menonton TV.

Setelah Kak Naftha selesai mandi, mamanya Kak Naftha menelpon dan bilang agar kita harus cepat-cepat. Akhirnya, kami buru-buru pergi ke kamar kepala sekolah, namun sudah tidak ada orang di sana. Itu berarti, yang lain sudah pergi duluan. Kami pun menyusul yang lain ke tempat penutupan. Di sana yang lain sudah menunggu.

Saya dan Indira disuruh menandatangani kertas. Setelah itu, kami.. Diberi uang jajan!! Agak telat juga sih mereka memberi uang jajannya. Kami kan sudah jalan-jalan kemarin. Tak apalah. Lumayan juga kan. Untuk tambahan besok. Besok kan kita mau jalan-jalan lagi.

Lalu kami makan malam terlebih dahulu sebelum penutupan. Ketika kami selesai makan, penutupan masih belum dimulai juga. Mungkin sekitar 45 menit kemudian penutupan baru dimulai. Itupun baru tarian. Nah, pada saat itu, seorang kakak bertanya pada kami yang mana dari kami yang bernama Indira Aisya Putri.  Semua langsung menunjuk ke arah Indira. "Nanti siap-siap tampil ya." kata kakak tersebut.

Kata kepala sekolah sebelumnya, biasanya para pemenang akan tampil nanti. Lalu kami semua bertanya-tanya, mungkinkah Indira menang? Mungkin saja. Tapi benarkah? Lupakan pertanyaan-pertanyaan itu. Sekarang, saya harus mengantarkan Indira untuk mengambil lidinya (alat peraganya).

Tapi, di tengah perjalanan, Indira kelihatan mual. Ia mulai batuk-batuk. Mungkin pengaruh dari angin laut ya. Untung dia menahan muntahnya sampai di kamar. Di kamar, ia muntah-muntah (maaf jika anda merasa jijik). Namun kami harus segera kembali. Akhirnya, kami berjalan cepat (bukan berlari ya) sampai ke tempat penutupan.

Sesampainya di sana, layar sedang menampilkan yel-yel yang waktu pembukaan ditampilkan serta foto-foto disaat kami semua berlomba. Memang hari-hari itu adalah hari yang tak terlupakan. Setelah itu, inilah saat-saat yang kami tunggu-tunggu. Pengumumannya.

Pertama-tama, diumumkanlah pemenang lomba Seni Tari Kreasi Daerah.
Juara I : Sekolah Indonesia Kota Kinabalu
Juara II : Sekolah Indonesia Kuala Lumpur
Juara III : Sekolah Indonesia Cairo

Anak-anak tari merasa bersedih karena mereka tidak mendapat juara. Itu karena mereka telah berlatih keras dan tidak mendapatkan apa-apa. Mereka bahkan sampai pergi latihan ke Batam waktu itu. Saya juga dapat merasakan perasaan mereka karena saya sering sekali kalah.

Lalu, diumumkanlah pemenang lomba Pidato.
Juara I : Indira Aisya Putri (Sekolah Indonesia Singapura)
Juara II : Fauziah Komar (Sekolah Indonesia Cairo)
Juara III : M. Abdul Fatah (Sekolah Indonesia Makkah)

Waktu diumumkan bahwa Indira menang, kami berteriak-teriak. "Aah.." "Yaay!" "Ayo, tos dulu dong!" semua berteriak kesenangan. Indira pun maju ke depan dengan senyuman.

Setelah itu, diumumkanlah pemenang lomba Menyanyi Tingkat SD dan SMP.

SD :
Juara I : Ady Rahman Dwinanto (Sekolah Indonesia Damaskus)
Juara II : Juan Anthonio Kambuno (Sekolah Indonesia Singapura)
Juara III : Sakira Nora Aldini (Sekolah Indonesia Bangkok)

SMP :
Juara I : Fadhillah Azzaha (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur)
Juara II : Nafthalen Nadiah Putri (Sekolah Indonesia Singapura)
Juara III : Dzakirah (Sekolah Indonesia Riyadh)

Ketika nama Juan dan Kak Naftha dipanggil, kami kembali berteriak kesenangan. Histeris sekali.

Selanjutnya diumumkanlah pemenang lomba Story Telling.
Juara I : Anis M. Azia (Sekolah Indonesia Cairo)
Juara II : Myit Sue (Indonesian International School Yangon)
Juara III : Dhanni Reza Ghifari (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur)

Kak Dwista yang mendengar bahwa ia tidak menjadi juara tidak berkecil hati. Malah ia bersorak ketika Kak Anis menjadi juara.

Yang terakhir adalah diumumkannya juara lomba Matematika.
Juara I : Muhammad Fathy Rashad (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur)
Juara II : Fathia Amira Nuramalia (Sekolah Indonesia Singapura)
Juara III : Nayaka Arya Nayottama (Sekolah Indonesia Bangkok)

Awalnya, ketika mendengar bahwa saya bukanlah juara pertama, saya agak kecewa. Tapi melihat yang lain bersorak begitu senangnya pada saat saya diumumkan menjadi juara 2, saya juga jadi ikut senang. Walaupun saya ingin sekali menjadi juara 1.

Dalam perjalanan pulang, saya bertanya pada Kak Dhika yang pernah mengikuti lomba SILN Matematika dulu. "Kak, kakak dulu juara berapa?" saya bertanya. "Ah, Kak Dhika mah dulu juara harapan satu." jawabnya.

Berfoto dengan pesreta-peserta asal Bagkok.

Berfoto setelah menerima piala.


Malamnya, saya harus tinggal di tempat orangtua saya dulu untuk menunggu kuncinya. Setelah saya mendapatkan kunci kamarnya, baru saya masuk ke kamar dan segera membereskan koper untuk besok karena besoknya, kami harus mengumpulkan koper pada pukul 6 pagi. Selesai merapikan koper, kami pun pergi tidur.

Keesokan paginya, saya pergi ke kamar Kak Icha untuk memberikan kado padanya. Yup, hari ini adalah hari ulang tahun Kak Icha. Actually, hari ini kita ada kejutan untuknya. Namun, agar dia tidak curiga, saya memberikan kadonya terlebih dahulu.

Jadi, saat itu, kami sedang membereskan koper. Lalu, pada saat itu, Kak Dhika dan Kak Dwista mengambil kue yang telah disediakan sebelumnya. Mereka mengambil kue tersebut di kamar mama saya. Setelah itu, disembunyikan ketika Kak Icha sedang pergi sambil menyalakan lilinnya.

Saat Kak Icha kembali, kami mulai membawa kuenya sambil bernyanyi.
"Happy birthday to you
Happy Birthday to you
Happy Birthday
Happy Birthday
Happy Birthday to you"

Setelah itu, Kak Icha membuat permintaan dan meniup lilinnya. Lalu, Kak Icha dan Tante Dina memotong kue bersama-sama dan membagikan kuenya.

Kak Icha dengan kuenya.
Penyerahan kue untuk Tante Dina.

Sesi pemotongan kue.

Saat ditanya apakah ia mengetahui kejutan ini. "Eh, si Aiko tuh udah aneh tingkahnya. Pasti ada sesuatu deh kalo dia aneh." jawab Kak Icha.

Setelah beberapa lama, akhirnya kami disuruh pergi untuk makan pagi. Well, karena ini makan pagi terakhir, harus dipuas-puasin dong. Makanya hari ini kita makannya agak santai. Dan, hari ini, kami juga bertukar alamat twitter dengan anak-anak Bangkok.

Setelah makan pagi, kami segera menuju lobby dan naik ke bus. Sementara menunggu yang lain naik, kami sibuk mengobrol. Tentang apa saja. Akhirnya, yang lain pun naik. Lalu kami segera berangkat.

Pertama-tama, kami menuju Tanjung Benoa terlebih dahulu. Di sana, kami pergi ke Tortoise Island. Di kapal, kejadian lucu terjadi. Kami diberi roti untuk memberi makan ikan dalam perjalanan ke Tortoise Island. Kak Naftha yang tidak memperhatikan ucapan itu memakan rotinya. Saat yang lainmengetahuinya, Kak naftha ditertawai oleh yanng lain. Tadinya, saya tidak ikut tertawa, tapi lama kelamaan saya jadi ikut tertawa juga. 

Kak Icha dan Kak Naftha di kapal menuju Tortoise Island.

Akhirnya, sampai juga kami di Tortoise Island. Well, saya yang takut dengan reptilia jarang difoto di sana. Sama penyu aja saya nggak berani. Saya bukan orang yang berani seperti Kak Naftha yang berfoto dengan ular pun mau. Hii.. Saya sama kelelawar aja nggak mau. Maaf deh ya. Lebih baik saya menjadi photographer sekalian daripada harus memegang ular.





Seusai pergi dari  Tortoise Island, saya dan yang lain kembali ke untuk bermain Watersport. Well, awalnya kami memilih watersport yang berbeda. Saya, Indira, dan Juan memilih flying fish. Kak Icha, Kak Naftha, Kak Trisha, Pak Budi, dan Pak Okto memilih parasailing. Sedangkan Kak Dhika dan Kak Dwista memilih jet ski.

Namun setelahnya, kami semua bersama-sama menaiki Banana Boat. Memang sih, Banana Boat itu lebih seru kalau bersama-sama. Well, awalnya, banyak yang bilang jangan diceburin. Tapi, apa serunya Banana Boat jika tidak diceburin? Kami berteriak-teriak saat naik Banana Boat (alay yah). Nah, saat kami akan memutar balik, kami diceburin deh ke laut yang asinnya puool. Naik ke Banana Boatnya lagi pun susahnya setengah mati. Tapi, tetep seru kok :)

Lalu, pada saat kami hampir sampai di tepi pantai, kami diceburin lagi. Saya tidak tahu berapa banyak air laut yang saya telan. Mata saya juga perih karena air laut. Sudah begitu, saya kecipak-kecipuk untuk sampai ke tepi, taunya, saya bisa menapak ke dasar. Yah, tapi worth it lah. Saya kemasukan air, tapi kemasukan senang juga.

Kak Naftha saat parasailing.
Kak Naftha dan Kak Dwista.


Saya dan Indira yang sedang menaiki flying fish.
Kak Naftha


Sebelum kami berangkat dengan banana boat ini.

Setelah puas bermain di Tanjung Benoa, kami pergi ke Garuda Wisnu Kencana (GWK). Di perjalanan menuju GWK, kami mendapat makanan. Yang membelikan? Tentu saja Tante Dina sebagai mamanya Kak Icha. Makasih Kak Icha, untuk makanannya!

Di sana, kami berfoto-foto dipatung yang super besar!! Well, spanduk pasti ikut. Setelah berfoto, saya istirahat sebentar dan tidak memperhatikan sekitar. Tau-tau, tinggal saya, Indira, Kak Trisha, Kak Dwista, Kak Icha, dan Pak Okto. Yang lain? Pergi duluan. T_T



Akhirnya, kami bertemu di bawah. Lalu makan (lagi) di sana. Saya sih hanya membeli es krim. Setelah itu, kami berangkat ke tempat selanjutnya.

Tempat selanjutnya adalah Krisna, Toko Oleh-Oleh Terbesar di Bali. Di sana, saya melampiaskan kekesalan saya karena tidak dapat membeli oleh-oleh di Joger (padahal sih memang niatnya kalo ke sana beli oleh-olehnya di sana). Saya membeli banyak barang. Anehnya, saya hanya punya Rp 250.000,- di kantong. Namun, setelah saya membeli banyaknya barang, masih saja ada sisa dari uang tersebut.

Setelah berbelanja yang buanyak, kami segera menuju bandara Ngurah Rai. Di sanalah kegiatan SILN itu berakhir. Di bandara, saya dan Kak Deids membayangkan hari pertama kami di Bali. Kami  berdua berandai-andai jika hari itu adalah hari pertama kami sampai di Bali. Kami jadi enggan meninggalkan Bali.

Akhirnya tibalah saatnya bagi kami untuk terbang ke Singapura. Kesedihan saya tidak berlangsung lama karena terhapus oleh kesenangan. Saya duduk di bangku 17C lagi. Itu berarti, saya harus duduk dengan orang asing lagi. Namun kali ini, tidak ada orang asing yang duduk di sebelah saya. Saya beruntung. Saya bebas duduk di situ dan tidak harus merasa terpojok.

Saya duduk seorang diri.

Setelah 2 jam perjalanan, sampai juga saya di Singapura. Di Singapura, kontingen Sekolah Indonesia Singapura disambut hangat oleh keluarga dan guru-guru yang menjemput. Kami diberi bunga mawar per orang dan disambut dengan spanduk. Setelah itu, kami berfoto dan pamitan. Dan akhirnya, semua kegiatan SILN berakhir di situ.

Saya sangat sedih ketika kegiatan SILN telah selesai. Namun, saya juga senang karena telah mendapatkan pengalaman berharga. Berkumpul bersama, bermain bersama, bertengkar bersama. Saya tidak akan pernah melupakan pengalaman ini. Ini adalah salah satu pengalaman berharga saya. :')